Aku takpernah lupa
Hari diakhir bulan itu...
Saat itulah senyum simpulmu kuharap
Saat ini pula aku berkata kepada angin
Maafkan aku...
Biarpun mata kasatku takmampu melihatmu lagi
Tapi ada setetes embun hangat
Yaitu air mataku
Yang terpecik dan membuat mata hatiku yang tertidur seketika terjaga
Dan perlahan-lahan terbuka
Bersamaan dengan wajah ayumu disana
Hanya jarak yang membuatmu jauh
Hanya waktu yang membuatmu resah
Saat nafasmu taklagi didadaku
Hanya tempat yang takmampu membawa isak tangismu dipelukanku
Tapi masih ada angin
Yang membawa kado ulang tahun ini...
Itu dulu...
Sebelum kamu terlena...
Oleh rayu dan dusta
Sebelum kamu memelukku dan berkata...
Maafkan aku...
Kini bukan lagi dadaku tempatmu mengadu
Bukan lagi tanganku yang menidurkanmu
Bukan lagi aku...
Catatan usang sang penyair
Yang basah oleh air mata dan keringat
Yang mengingatmu yang jauh
Sejauh surga...
Kini saat itu tiba lagi
Saat aku hanya setangkai mawar
Lalu mencium keningmu
Dan...
Berlarilah padanya
Aku bukan milikmu
Aku milik malaikat kematian yang membawa sepasang merpati
Jalinan itu telah terbakar keangkuhan
Semua musnah seiring banjir bandang
Semua tenggelam seiring tenggelamnya rumah megahmu
Semua hancur terbawa lumpur..