Selasa, 06 Januari 2015

Edelwis Untuk Adinda

Apakah malam itu embun turun bersama senyummu yang dingin?
Bulan hitam di atas kabut itu adalah cerminku yang pilu
Jejak kaki itu selalu sajah pedih, seiring layunya bunga bahu
Bukankah kita belum saling melihat saat matahari terbit?
Tapi aku tau...
Itu adalah kamu yang lelap didekap angin dingin
Bunga batu pagi itu terjemur matahari

Terbatas kabut sejuk yang dingin menusuk jiwa luka
Menguak jerit perih yang rindu adinda
Mungkinkan pada saat dini
Dan malam semakin dingin, kau kaitkan kakimu diantara tali-tali hati
Kekangan jiwa lama menguap bersama keringatmu yang kan mengucur


Secawan anggur merah yang kuteguk malam ini,
belum juga membawaku terbang bersamamu
Saat jiwa-jiwa berontak mencari setetes cinta yang bening
Malam... Biarkan jiwaku melayang jauh mencari adindaku yang lama tak sua
Ini bukan tentang rindu
Bukan pula tentang cinta lama yang terkenang

Ini adalah tentang janji di suatu sore
Dimana senyummu seindah kulit putihmu
Tersentuh jari lembut yang hanya ku bayangkan dalam mimpi

Adinda yang menyelinap dalam resah
Datanglah dalam hatiku
Jadilah ratu dalam jiwaku yang luka
Jadilah pengobat dahaga yang tak pernah hilang bersama cintamu
Yang mulai kau tabur walau semu dan samar tanpa bekas
Namun aku tau, ada kabut yang akan membuatku merasa dingin
Dan aku butuh belaian pada dirimu

Pada saatnya nanti kau akan datang padaku
Tapi aku tetap diam dengan secangkir racun yang siap kuteguk kala malam tiba

Jangan kau tutup pintu itu
Biarkan aroma anggur bersatu dengan pekatnya kabut yang sejuk
Puncak lawu...
Bunga edelwis...
Kabut pagi...
Dinginnya malam...
Dan sebait puisi kocak
Hanya untukmu...
Bidadari bulan yang jatuh tapi bukan dipangkuanku

Kau curi pandanganku dengan lenggang indah dan gerai rambutmu
Dinda !!
Teriaklah padaku saat malam benar-benar datang
Dinda !!
Aku akan datang padamu dengan seikat mawar, walaupun berduri namun wanginya tetap harum
Seperti air matamu yang menetes diantara detak jantungku yang tak menentu
Dinda !!
Kan ku bawa bunga edelwis sebagai tanda kasih yang lama tersimpan
Kan kuceritakan indahnya malam saat teguk demi teguk jiwa ini mengembara

Lemparkan saja senyummu diatas bukit itu
Aku akan datang menjemputnya kala pagi tiba
Dinda... Katakan pada teman mimpimu
Aku dalam milikmu
Aku dalam kabutmu
Aku dalam rintihanmu
Aku dalam desah lama yg kau ucapkan
Aku selalu menanti mimpiku walau pahit
Dinda... Katakan itu adalah benar kala malam tiba
Katakan itu adalah benar saat kita terbuai dalam mimpi ...




Edelwis Untuk Adinda. 6 Januari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar